Candi Sambisari terletak
di desa Sambisari, kelurahan Purwomartani, kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY. Penemuan candi Sambisari terjadi secara kebetulan
yaitu pada tanggal Juli 1966, ketika seorang petani yang sedang
mengolah sawah milik Bapak Karyoinangun, tiba-tiba merasa cangkulnya
membentur batu berukir. Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan
candi. Berita tersebut sampai ke kantor Cabang Lembaga Purbakala dan
Peninggalan Nasional di Pramabanan. Langkah selanjutnya segera diadakan
peninjauan dan penelitian di tempat temuan. Setelah diperoleh kepastian
bahwa penemuan tersebut merupakan sebuah candi yang masih terpendam di
dalam tanah, maka segera diputuskan untuk menyelamatkannya dengan
mengadakan penggalian atau ekskavasi secepatnya.
Langkah-langkah lebih lanjut setelah ekskavasi adalah, melakukan pra-pemugaran yaitu, dengan mengelompokkan batu-batu yang sama jenisnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan percobaan dan kemudian pemugaran. Hasil pemugaran candi Sambisari tersebut terlaksana seperti yang terlihat sekarang ini. Satu hal yang unik dari candi Sambisari yaitu, terletak 6.54 m di bawah permukaan tanah.
Latar belakang Sejarah
Mengenai tahun pendirian candi Sambisari secara pasti belum dapat diketahui, karena tidak adanya bukti-bukti konkret yang mendukung validitas penentuannya. Oleh karena itu, untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari berapa segi.
Dari segi arsitektur, candi Sambisari oleh Prof. Dr. Soekmono digolongkan ke dalam bangunan dari abad ke 8. Sedangkan berdasarkan batu isian yang digunakan di candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada masa dulu.
Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M (812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M
Latar Belakang Keagamaan
Di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam aspek lain yaitu, Lingga dan Yoni. Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa. Kesatuan, lingga dan yoni merupakan lambang persatuan Siwa dan Çakti-nya. Selain itu juga sebagai lambang kesuburan. Di samping Lingga da Yoni ada beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini (utara), Ganeça (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu
Berdasarkan arca-arca yang terdapat di candi Sambisari tersebut, maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagaman candi Sambisari bersifat Çiwaistis (berpusat pada Siwa)
Tafsiran Raja yang Membangun
Sebagai bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan tentang siapa raja yang membangun candi Sambisari harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang menganut agama Siwa. Di dalam prasati Wnua Tengah III tahun 908 M, terdapat nama-nama raja dari dinasti Mataram yaitu:
- Rahyang I Hara adik Rahyang ri Mdang (Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya) 717-784 M.
- Cri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784 M
- Cri Maharaja Rakai Panaraban (panuggalan), 784-803 M
- Cri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara, 803-827 M
- Cri Maharaja Rakai Gula, 827-828 M
- Cri Maharaja Rakai Garung, 828-846 M
- Cri Maharaja Rakai Pikatan, 846-855 M
- Cri Maharaja Dyah Tagwas 885 M (Ia yang memerintah selama 8 bulan)
- Cri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah Dawendra, 855-887 M
- Cri Maharaja Rakai Garunwangi Dyah Badra, 887 M (ia memerintah selama satu bulan, kemudian meninggalkan kerajaan, selama 8 tahun tidak ada raja yang memerintah, sampai raja berikutnya naik tahta)
- Cri Maharaja Rakai Wungkalmalang Dyah Jbang, 894-898 M
- Cri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, 898 M
Dari daftar nama-nama raja dalam prasati Wnua Tengah III tersebut di atas yang paling mendekati tahun pendirian candi Sambisari, yaitu Rakai Garung, 828-846 M. Suatu hal yang perlu di ketahui bahwa tidak semua candi dibangun oleh raja yang memerintah.
sumber : http://www.wikimu.com
Langkah-langkah lebih lanjut setelah ekskavasi adalah, melakukan pra-pemugaran yaitu, dengan mengelompokkan batu-batu yang sama jenisnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan percobaan dan kemudian pemugaran. Hasil pemugaran candi Sambisari tersebut terlaksana seperti yang terlihat sekarang ini. Satu hal yang unik dari candi Sambisari yaitu, terletak 6.54 m di bawah permukaan tanah.
Latar belakang Sejarah
Mengenai tahun pendirian candi Sambisari secara pasti belum dapat diketahui, karena tidak adanya bukti-bukti konkret yang mendukung validitas penentuannya. Oleh karena itu, untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari berapa segi.
Dari segi arsitektur, candi Sambisari oleh Prof. Dr. Soekmono digolongkan ke dalam bangunan dari abad ke 8. Sedangkan berdasarkan batu isian yang digunakan di candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada masa dulu.
Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M (812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M
Latar Belakang Keagamaan
Di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam aspek lain yaitu, Lingga dan Yoni. Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa. Kesatuan, lingga dan yoni merupakan lambang persatuan Siwa dan Çakti-nya. Selain itu juga sebagai lambang kesuburan. Di samping Lingga da Yoni ada beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini (utara), Ganeça (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu
Berdasarkan arca-arca yang terdapat di candi Sambisari tersebut, maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagaman candi Sambisari bersifat Çiwaistis (berpusat pada Siwa)
Tafsiran Raja yang Membangun
Sebagai bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan tentang siapa raja yang membangun candi Sambisari harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang menganut agama Siwa. Di dalam prasati Wnua Tengah III tahun 908 M, terdapat nama-nama raja dari dinasti Mataram yaitu:
- Rahyang I Hara adik Rahyang ri Mdang (Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya) 717-784 M.
- Cri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784 M
- Cri Maharaja Rakai Panaraban (panuggalan), 784-803 M
- Cri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara, 803-827 M
- Cri Maharaja Rakai Gula, 827-828 M
- Cri Maharaja Rakai Garung, 828-846 M
- Cri Maharaja Rakai Pikatan, 846-855 M
- Cri Maharaja Dyah Tagwas 885 M (Ia yang memerintah selama 8 bulan)
- Cri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah Dawendra, 855-887 M
- Cri Maharaja Rakai Garunwangi Dyah Badra, 887 M (ia memerintah selama satu bulan, kemudian meninggalkan kerajaan, selama 8 tahun tidak ada raja yang memerintah, sampai raja berikutnya naik tahta)
- Cri Maharaja Rakai Wungkalmalang Dyah Jbang, 894-898 M
- Cri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, 898 M
Dari daftar nama-nama raja dalam prasati Wnua Tengah III tersebut di atas yang paling mendekati tahun pendirian candi Sambisari, yaitu Rakai Garung, 828-846 M. Suatu hal yang perlu di ketahui bahwa tidak semua candi dibangun oleh raja yang memerintah.
sumber : http://www.wikimu.com
0 komentar:
Posting Komentar